PENELITIAN TERHADAP FILM
NEGERI 5 MENARA
DENGAN METODE PENDEKATAN EKSPERIMENTAL
Dibuat dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah
Pengantar Sastras
Disusun Oleh :
Imam Nur Kolis
NIS : 2011070026
UNIVERSITAS
PAMULANG
JURUSAN
SASTRA INDONESIA
SEMESTER
II
2012
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Pengantar
A.1.
Latar Belakang
Cerita
Film “Negeri 5 Menara” merupakan film terbaru yang beredar di awal bulan Maret
tahun 2012. Film “Negeri 5 Menara” mendapata tanggapan positif dari masyarakat
dan menjadikanya film yang diminati banyak orang.
Film
“Negeri 5 Menara” merupakan film yang diadaptasi dari novel best seller dengan
judul yang sama, yaitu “Negeri 5 Menara”.
Novel tersebut juga berangkat dari kisah nyata yang ditulis dalam
sebuah buku. novel pertama karya Ahmad Fuadi
yang diterbitkan oleh Gramedia pada tahun 2009. Novel ini bercerita
tentang kehidupan 6 santri dari 6 daerah yang berbeda menuntut ilmu di Pondok
Madani (PM) Ponorogo
Jawa Timur
yang jauh dari rumah dan berhasil mewujudkan mimpi menggapai jendela dunia.
Mereka adalah Alif Fikri Chaniago dari Maninjau,
Raja Lubis dari Medan,
Said Jufri dari Surabaya,
Dulmajid dari Sumenep,
Atang dari Bandung,
Baso Salahuddin dari Gowa.
Mereka sekolah, belajar dan berasrama dari kelas 1 sampai kelas 6. Kian hari
mereka semakin akrab dan memiliki kegemaran yang sama yaitu duduk dibawah
menara pondok madani. Dari kegemaran yang sama mereka menyebut diri mereka
sebagai Sahibul Menara.
A.2. Tentang Pengarang dan Sutradara
Fuadi
lahir di Nagari Bayur, sebuah kampung kecil di pinggir Danau Maninjau tahun
1972, tidak jauh dari kampung Buya Hamka. Ibunya guru SD, ayahnya guru
madrasah. Lalu Fuadi merantau ke Jawa, mematuhi permintaan ibunya untuk masuk
sekolah agama. Di Pondok Modern Gontor dia bertemu dengan kiyai dan ustad yang
diberkahi keikhlasan mengajarkan ilmu hidup dan ilmu akhirat. Gontor pula yang
membukakan hatinya kepada rumus sederhana tapi kuat, ”man jadda wajada”, siapa
yang bersungguh sungguh akan sukses. Juga sebuah hukum baru: ilmu dan bahasa
asing adalah anak kunci jendela-jendela dunia. Bermodalkan doa dan manjadda
wajada, dia mengadu untung di UMPTN. Jendela baru langsung terbuka. Dia
diterima di jurusan Hubungan Internasional, UNPAD.
Film
ini di sutradarai oleh Affandi Abdul Rachman, pria kelahiran Jakarta, 13
Desember 1979 yang pernah menuntut ilmu di Santa
Monica College, Santa Monica, CA (Graphic Design, 2001 - 2002); New York Film
Academy. Selain itu, Affandi Abdul
Rachman adalah seorang sutradara muda lulusan Columbia College of Hollywood, Los Angeles, California. Disini
tempat ke-dua baginya memfokuskan pada jurusan Directing & Cinematography.
Film “Negeri Lima Menara” ini diagarapnya dengan kerjasama baik dengan pihak
Million Pictures dan KG production.
B. Fokus Penelitian
Seperti yang telah tertulis diatas, penelitian ini di
tujukan kepada sebuah hasil karya sastra yang berjudul “Negeri 5 Menara” yang
menjadi sebuah karya sastra popular dan sering di bicarakan di berbagai macam
media. Sasaran penelitian ini tidak hanya di fokuskan kepada kalangan tertentu,
akan tetapai lebih diutamakn untuk semua jenis kalangan, dengan tujuan untuk
mengetahui perbedaan lebih mendalam dari para nara sumber tentang obyek yang
diteliti.
B.1.
Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari penelitian ini adalah :
-
Bagaimana
tanggapan narasumber tentang sebuah karya sastra yang berjudul “Negeri 5
Menara”?
-
Hal-hal
apa sajakah yang dapat di tangkap serta diserap oleh para narasumber dari
sebuah karya sastra berjudul “Negeri 5 Menara”?
B.2.
Tujuan Penelitian
Penelitian
tentang sebuah karya yang berjudul “Negeri 5 Menara” ini untuk mengembangkan
pola fikir dari sebuah penonton maupun pembaca tentang apa yang dapat di
tangkap oleh penonton tersebut dari sebuah karya sastra yang berjudul “Negeri 5
Menara”. Dengan metode mempertanyakan kepada pelaku sehingga dapat
diperoleh gambaran tentang tanggapan serta informasi secara langsung dari nara
sumber. Seperti telah diketahui bahwa penilaian serta tanggapan masing-masing
orang terhadap sebuah karya sastra akan berbeda-beda, untuk itu diadakanya
penelitian ini untuk mendapatkan informasi yang memadai untuk diambil sebuah
kesimpulan tentang tanggapan terhadap sebuah karya sastra.
B.3.
Manfaat Penelitian
Manfaat
dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat perbedaan dari narasumber
yang terdiri dari berbagai macam perbedaan kalangan serta latar belakang
masing-masing, sehingga membentuk fariasi jawaban guna memperkaya hasil
penelitian.
C.
Metode Penelitian
C.1.
Teknik
Pengumpulan Data
Untuk
memperoleh informasi yang akurat mengenai perbedaan tanggapan pada karya sastra
yang berjudul “Negeri 5 Menara”, maka penelitian ini dilakukan dengan
cara membuat pertanyaan kepada
narasumber. Pengumpulan bahan keterangan mengenai tanggapan yang hendak
dipelajari dengan menggunakan cara penelitian, dapat diselenggarakan oleh
seorang peneliti saja dan kalau perlu, tanpa biaya apa pun (Bachtiar, dalam
Koentjaraningrat, 1997:108). Peneliti juga menggunakan media internet untuk
mendapatkan jurnal elektronik.
C.2.
Metode Analisis Data
Berdasarkan
latar belakang masalah di atas, maka pengolahan data dalam penelitian ini akan
dilakukan dengan teknik mengambil
sebuah kesimpulan dari jawabana narasumber. Untuk melakukan pengolahan
data tersebut, peneliti menggunakan metode penelitian eksperimental (Penelitian eksperimental dapat diartikan
sebagai sebuah studi yang objektif, sistematis, dan terkontrol untuk
memprediksi atau mengontrol fenomena. Penelitian eksperimen bertujuan untuk
menyelidiki hubungan sebab akibat (cause and effect relationship), dengan cara
mengekspos satu atau lebih kelompok eksperimental dan satu atau lebih kondisi
eksperimen. Hasilnya dibandingkan dengan satu atau lebih kelompok kontrol yang
tidak dikenai perlakuan (Danim, 2OO2) oleh Erna Febru Aries S Februari 27, 2008,
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Analisis
Karya Sastra “NEGERI 5 MENARA”
Mengangkat kisah perjalanan enam orang santri dari
enam daerah berbeda di Pesantren Madani, Ponorogo, Jawa Timur, fokus cerita ini
berada di kehidupan santri bernama Alif. Cerita dibuka dengan berlariannya dua
orang anak SMP yang riang gembira merayakan kelulusannya, menuju tepi danau,
dengan suguhan latar belakang keindahan alam yang sederhana namun memikat.
Salah satu anak itu (Alif) kemudian menemui dilema antara keinginannya
bersekolah di Bandung dan pilihan ibunya yang menginginkan dia bersekolah di pesantren.
Konflik batin diolah sutradara melalui dialog sang ayah, ibu dan Alif sendiri
dalam bahasa Minang dan diikuti teks terjemahan bahasa Indonesia, atau melalui
adegan-adegan visual yang bagus dan realistis. Kandungan lokal Minang pun
menarik disuguhkan dalam bentuk transaksi jual beli dalam sarung khas Minang.
Penggalan-penggalan pembuka ini kemudian beralih dengan halus ke dalam inti
cerita melalui perjalanan Alif dan ayahnya ke Jawa untuk mendaftarkan diri di
Pondok Pesantren. Di sini, kembali penonton disuguhi pemandangan-pemandangan
alam yang khas Indonesia dan dalam satu sisi cukup memunculkan rasa bangga
dengan alam sendiri.
Di Pondok Pesantren inilah kisah sebenarnya mulai
dibuka. Cerita mengalir lancar. Saat kedatangan calon siswa, berujian, kelulusan
dan pengenalan lingkungan diungkapkan dengan jelas meski dengan intensitas
cepat, termasuk dengan setting dan sudut pengambilan gambar Pesantren yang
menarik. Ustadz Salman sebagai wali kelas datang untuk pertama kalinya. Beliau
memotong kayu dengan usaha yang gigih di depan para siswa. Man Jadda Wajadda.
“Ingat, bukanlah yang tajam. Siapa yang bersungguh-sungguh, dia lah yang
berhasil”. Sebuah adegan yang sangat menarik dan bermakna sehingga kemudian
menjadi moral keseluruhan cerita. Man Jadda wa jadda mewarnai persahabatan yang
indah dan menyentuh enam orang yang lalu menjadi sahabat: Alif, Baso Salahudin,
Atang, Said Jufri, Raja Lubis dan Dulmajid. Bagaimana persahabatan itu diikat
oleh ikrar sahibul menara, tempat setia mereka berkumpul. Bagaimana mereka
mencanangkan cita-citanya yang melingkupi lima menara di lima penjuru.
Dalam cerita ini pulalah mata penonton dibuka
terhadap kehidupan pesantren. Ada ketegasan disiplin dengan simbol lonceng
“jaras” penanda batas terlambat dan tidak, dengan figure yang menghukum berdiri
bersaf dan jewer telinga tetangga sebelahnya. Ada pertunjukan kreatifitas
pondok berupa tantangan lomba pidato (lengkap dengan kreatifitas santri sahibul
menara dalam mengatasi kegugupan Baso sebagai wakilnya). Dan ada juga kebebasan
seni yang mungkin selama ini tidak terbayang akan muncul di dalam sebuah
pesantren (asistensi maen gitar oleh Kyai Rais atau tari patah-patah di pentas
lomba seni). Juga kenyataan-kenyataan keseharian sebuah pondok (’mati lampu kok
jadi kebiasaan’, ‘memang benar ustadz di sini tidak digaji?’).
Kenyataan-kenyataan sederhana yang menarik untuk dinikmati sekaligus memiliki
dasar filosofi mendalam.
Sahibul Menara. Atang, sebagai seorang dengan dialek
Sunda yang kental, sudah cukup menjadi pemantik kelucuan itu karena ya lucu,
tanpa bermaksud menghina sebuah suku. Juga seorang Baso yang paling agamis di
antara enam sekawan itu, sering membuat tersenyum simpul saat dia berusaha
menghindari menatap gadis-gadis di sekolah. Di beberapa segmen bahkan
kelucuan-kelucuan itu justru memberikan sebuah makna yang cukup dalam.
Contohnya adalah saat enam sekawan itu dihukum menjewer telinga kawan
disebelahnya, Alif yang telinganya bebas merdeka dari jeweran sebab tangan temannya
lepas, karena dia harus berbicara dengan ustadz yang lewat, dengan sadar
menyuruh teman-temannya membentuk lingkaran sehingga semuanya tanpa kecuali
termasuk dia mendapat jeweran teman sebelah. Sebuah kesadaran akan keadilan
yang muncul dari diri sendiri.
Rasanya tidaklah kita bisa bandingkan sebuah karya
film dan karya tulis, karena masing-masingpun mempunyai kadar kebebasan
imajinasinya masing-masing. Negeri 5 Menara. Tontonan beragam nuansa dan makna
yang direkomendasikan untuk memberikan inspirasi dan semangat bagi generasi
bangsa ini.
B.
Tanggapan Penikmat Sastra Negeri 5 Menara
Berdasarkan informasi dan data dari
para penikmat sastra (Nara sumbar) dari cerita “Negeri 5 Menara”, karya sastra
tersebut merupakan karya sastra yang patut untuk diberi acungan jempol. Karya
sastra tersebut dapat memberi warana serta inspirasi dan juga semangat bagi
penikimat sastra tersebut. Mulai dari persahabatan, pengorbanan bahkan sampai
keinginan yang di lakukan dengan sungguh-sungguh akan mendapatkana hasil yang
maksimal.
Perbedaan tingkat penalaran dan pemahaman
serta cara tangkap penikmat sastra tersebut menjadikan penelitian semakin
berfariasi warna dan penuh perbedaan. Tidak semua penikmat sastra tersebut
dapat menceritakan apa yang dia serap dari sastra tersebut. Namun demikian
perbedaan itu akan menjadikan sebuah penelitian membawa manfaat khususnya bagi
peneliti dan umumnya bagi pembaca makalah ini.
Negeri 5 menara merupakan sebuah
karya sastra yang perlu di jadikan sebuah acuan dan semangat bagi seluruh
generasi penerus bangsa ini. Begitu banyak hal yang yang bernilai mendidik yang
dapat di ambil dari cerita ini. Dari beberapa narasumber, mereka beranggapan
karya sastra ini mampu memberikan inspirasi serta dorongan untuk tidak berhenti
sebelum nyawa lepas dari badan. Selama darah masih mengalir, jangan takut
berhayal dan bermimpi. Mimpi itu yang kelak akan menjadi tujuan dari harapan
yang akan mendorong kita untuk selalu berbuat dan berusaha. Ikhtiar dan
berusaha yang tidak melupakan berdoa adalah satu kesatuan yang tidak bias di
pisahkan.
C.
Harapan
Penikmata Karya Sastra “Negeri 5 Menara
Penikmat karya sastra “Negeri 5 Menara” tidak
sedikit yang berkeinginan untuk dapat menyaksikan aksi hebat mereka kembali
(bagi yang menyaksikan di bioskop) dan tak bosan-bosan membaca (bagi yang
menikmati dari media cetak). Ini merupakan gambaran bahwa karya sastra ini
begitu membius dan memberi warna tersendiri bagi penikmatnya. Harapan terbesar
mereka umumnya adalah agar karya-karya yang seperti ini tidak putus oleh waktu.
Selain itu agar karya sastra sepereti ini dapat dinikmati oleh seluruh
kalangan, hal ini dikarenakan yang dapat menikmati karya tersebut saat ini
masih sangat terbatas.
D.
Saran
dan Kritik dari Penikmat tentang Karya Sastra “Negeri 5 Menara”
Ada beberapa macam kritik serta saran dari para
penikmat sastra tersebut. Yaitu diantaranya sebagai berikut :
1. Cerita
di bagian akhir (yang berbentuk film) mengantung atau kurang jelas titik
akhirnya, sehingga masih menyisakan tanda tanya dari para penikmat.
2. Cerita
di bagian akhir tidak sama antara novel dengan filmnya.
3. Pembuatan
film dengan novel yang berjarak kurun waktu sekitar 2 tahunan.
4. Akhir
dalam cerita tersebut tidak di jelaskan profesi ke-enam sahabar tersebut
sebagai apa, yang ada hanya informasi tentang kesuksesan.
5. Jenjang
pendidikan dari pesantren menuju kesuksesanya kurang rinci (perlu diperjelas
lagi, agar lebih dapat menjadi inspirasi penonton)
Informasi
tersebut berdasarkan jawaban dari para narasumber penelitian. Masih banyak lagi
kalimat yang mereka ucapkan, namun tidak cukup untuk di tulis dalam lembar
penelitian. Meski demikian akan coba saya uraikan dalam bentuk kalimat berikut;
-
mengapa disebut negeri 5 menara,
sedangkan tokoh yang bermain dalam peran utama ada 6 orang? Hayooo…??? Saya
juga masih bingung, mungkin karena saya belum pernah membaca novelnya. Tetapi,
bukankah film ini setidaknya harus menjelaskan sedikit tentang asal muasal 5
menara dan bukannya 6 menara
-
Meskipun mereka belum menamatkan
pendidikannya di pesantren, tiba-tiba sudah masuk ke ending ceritanya, dimana
Alif telah berubah menjadi wartawan internasional. Nah loh, darimana ceritanya,
sedangkan saat Alif masih menjabat sebagai reporter pesantren, tidak
diperlihatkan hasil karya nyatanya dalam bidang menulis atau reporter. Menurut
saya, sebaiknya tampilkanlah sedikit saja kehebatan Alif dalam menulis. Saya
saja masih penasaran dengan hasil tulisan pertama Alif yang diserahkan ke ketua
majalah Syam, kira-kira apa ya yang ditulis Alif?
-
Alif adalah tokoh utama dalam film ini,
maka saya harus memfokuskan perhatian padanya. Namun, ternyata, gambaran
karakter dari awal kemunculannya sama saja sampai akhir perjalanan Alif
menempuh pendidikan. Mungkin karena Alif masih memendam keinginan untuk
bersekolah di Bandung dan melanjutkan kuliah di ITB, dan meskipun saya masih
merasakan kebingungan dengan tokoh Alif yang kurang menjiwai ini, tapi saya
tetap harus selesai menontonnya.
Penjiwaan dari karakter yang dimainkan adalah faktor
yang penting dalam sebuah film agar penonton tidak berada dalam zona keterharuan.
Kualitas dari sebuah film bukan pada bintang tenarnya, bukan pada aktris atau
aktornya, tapi pada alur cerita yang mampu membuat penonton tidak melupakannya
bahkan akan terus menceritakannya. Bukan pula pada kritik atau pujian semata,
tapi hikmah apa yang ditampilkan agar penonton dapat menikmati sekaligus
tergugah dengan inti cerita dari film tersebut.
BAB III
PENUTUP
Perbedaaan tingkat pendidikan serta wawasan
merupakan persoalan mendasar dari sebuah perbedaan tanggapan terhadap sebuah
karya sastra, sehingga perlulah diadakan sebuah penelitian untuk mendapatkan
sebuah kesimpulan serta gambaran yang akurat dari sebuah karya sastra. Di
buatnya laporan penelitian ini merupakan sebuah tindak lanjut dari permasalahan
yang di bahas dalam pokok permasalahan yang sedang dibahas tentang sebuah karya
sastra, yang di buat menggunakan metode penelitian eksperimental.
Setiap pribadi memiliki sebuah hak untuk member
tanggapan dari pemikiran masing-masing dalam menanggapi serta menerima makna
dari sebuah karya sastra. Apapun itu kehadiran sebuah karya sastra diharapkan
dapat menjadi sebuah gambaran serta inspirasi bagi penikmat sastra itu sendiri
selain hanya sebagai hiburan yang hanya dapat dinikmati.
Kehadiran sebuah karya sastra akan dapat dianggap
sebagai karya sastra yang sukses apabila mendapat kritik serta saran sebagai
imbal balik dari penikmat karya sastra itu sendiri. Kritik serta saran itu
sendiri dapat berupa kalimat pedas yang bersifat untuk membuat sebuah karya
lebih lengkap dan lebih sempurna. Selain itu juga dapat berbentuk kalimat
dukungan, semangat, bahkan pujian dari sebuah hasil karya sastra.
Dibuatlah
makalah ini dengan harapan dapat memberikan ilmu serta manfaat dari perbedaan
para penikmat sebuah karya sastra. Pada akhirnya perbedaan itu akan menjadi
sebuah sumber informasi yang kaya akan ilmu pengetahuan. Demikian pula adanya,
penulis banyak berharap kepada para pembaca yang budiman sudi memberikan kritik
dan saran yang bersifat membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini, dan
penulisan makalah di kesempatan-kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini
berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembaca yang budiman pada
umumnya.